Monday, November 30, 2009

Bonek Naik Umum di Jakarta

Ada yang berbeda dengan kunjunganku ke Jakarta kali ini. Biasanya aku selalu ditemani supir sewaan, supir kantor, atau diantar kakak keliling Jakarta. Kali ini aku menghabiskan banyak waktuku dengan angkutan umum di Jakarta.

Karena cuaca hujan, pesawat yang kutumpangi delay. Seharusnya aku tiba saat hari masih sore, tapi akhirnya aku tiba di Jakarta pada saat jam menunjukkan waktu 9 malam. Untung saat itu, ada seorang teman yang menjemputku dan mengantarku ke daerah Kelapa Gading. Tol macet sekali, membuat badanku tambah penat dan kepala pening, apalagi aku langsung ke bandara dari kantor. Setelah 1,5 jam akhirnya sampai juga di Kelapa Gading. Pfftt...lalu lintas di Jakarta emang luar binasa!

Keesokan harinya sesuai jadwal, aku harus ke Ancol. Untuk pertama kalinya aku naik ojek. Katanya orang yang merekomendasikan ojek langganannya, si tukang ojek tuh orang Yogya. Aku merasa tenang saja karena orang Jawa Tengah yang aku kenal kebanyakan kalem-kalem...eh, ternyata dia nyetir seperti kesetanan...hahahaha sialan, pagi-pagi diajak kebut-kebutan! Seru, adrenalin dipacu pagi-pagi! Sampai tidak sempat menikmati pemandangan Danau Sunter yang kami lewati. Hanya butuh 10 menit dari Kelapa Gading ke Ancol...asoy geboy!

Setelah menghabiskan waktu sampai sore di Ancol, aku harus mengunjungi keluarga di Duren Sawit. Akhirnya aku naik busway untuk yang pertama kalinya. Aku suka naik busway karena kemungkinan untuk tersesat minim, relatif lebih aman dan nyaman...emh...murah pula. Penumpang busway sebelum pukul 8 pagi dikenakan tarif Rp 2.000/orang. Bila sudah melebihi pukul 8 pagi dikenai tarif Rp 3.500/orang. Cuma untuk naik busway, harus tahu rute yang harus diambil karena ada kemungkinan untuk transit bus. Kuncinya, berani bertanya dan jangan bertanya pada sembarang orang untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Bertanya pada petugas berseragam akan jauh lebih aman dan tepat.

Setelah naik busway, aku naik metromini. Aku awalnya tidak tahu apa yang dimaksud metromini. Ternyata itu adalah mini bus berwarna oranye. Jauh berbeda dengan busway, metromini terkesan sangat tua, kotor, dan tidak terawat. Seluruh metromini di Jakarta berwarna oranye, yang membedakan adalah nomor lambung masing-masing metromini. Tarif yang dikenakan juga lebih murah dibanding busway, hanya Rp 2.000/orang. Hanya saja jika menaiki metromini selepas tengah malam akan dikenai tarif dobel, uang lembur begitu alasannya. Yang berkesan bagiku sewaktu naik metromini adalah supirnya. Wah, canggih abis nyetirnya! bisa berhenti 5 cm dari kendaraan di depannya. Buset, sport jantung rasanya duduk di depan! Serasa akan menabrak saja hehehehe (^_*)

Hari berikutnya aku mulai pede untuk menjelajah Jakarta dengan kendaraan umum, sudah mulai menjangkau daerah-daerah yang lebih jauh. Sudah mulai bisa membaca rute dan jenis angkutan yang harus diambil. Lumayanlah untuk pendatang baru yang nota bene cewe dan single fighter (^_^) Y

0 comments:

Post a Comment