Thursday, November 24, 2011

HERNIA

Masysarakat umum mengenal penyakit hernia sebagai penyakit yang diderita oleh kaum adam karena pria mempunyai rongga khusus di dalam perutnya yang mendukung fungsi alat kelaminnya. Pengenalan itu tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar karena sebenarnya hernia juga bisa terjadi pada kaum hawa.

Apa sih sebenarnya hernia itu?

Hernia merupakan bentuk penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau suatu bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Bila terjadi di perut, isi perut dapat menonjol melalui bagian yang lemah. Kebanyakan organ yang menonjol adalah usus.

Perut manusia dilapisi oleh selaput tipis yang menjaga isi perut tetap pada tempatnya. Nah, hernia terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut (dikarenakan batuk kronis, susah BAB, atau sering mengangkat benda-benda berat). Hernia bisa juga disebabkan oleh kelemahan otot dinding perut karena faktor usia. Akibatnya usus dapat "jatuh".




Sebenarnya sudah banyak masyarakat yang tahu tentang gejala awal penyakit hernia, namun seringkali tidak menyadarinya. Pada awalnya, gejala yang dirasakan oleh penderita adalah berupa keluhan benjolan di lipatan paha. Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan nyeri itu akan hilang bila penderita berbaring.


Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia oleh cincin hernia. Pembuluh darah di daerah tersebut lama-kelamaan akan mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi di dalam tubuh.Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan kembali, maka tindakannya adalah hanya menggunakan penyangga atau korset untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila sudah tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah melalui operasi.


Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan masih banyak lagi nama lainnya.


Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu:


* Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Contohnya hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma (otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal esofagus, yaitu hernia terjadi melalui celah masuknya esofagus yang masuk dari rongga dada, serta banyak lagi jenis lainnya.


* Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah pusar. Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat mata karena terlihat secara langsung.


Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:


1. Reponible : Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin perempuan.


2. Irreponible : benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah pusat. Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis.


3. Incarcerata : benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis penderita pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.


4. Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.


Nah, untuk kasusku....semasa aku kecil memang pernah menderita hernia, namun tidak sampai harus dioperasi karena masih bisa direposisikan. Benjolan di pangkal pahaku dulu hanya muncul setelah aku berlari-lari bersama teman-teman sepermainanku. Aku masih ingat rasanya sakit sekali sehingga aku harus berbaring dan ibu memijat ke atas benjolan kecil pada pangkal pahaku. Bahkan jika lebih parah, kakiku diikat dan digantung menggunakan kain gendong. Benjolan akan hilang dengan sendirinya keesokan harinya.


Sudah lama berlalu hernia tidak pernah kambuh sama sekali. Namun karena aktivitas fisikku meningkat drastis waktu-waktu lalu, aku merasakan ada rasa tegang saat aku menyentuh pangkal paha kananku. Aku sama sekali tidak berpikir itu adalah gejala awal hernia. Aku mengabaikannya dan meneruskan aktivitasku selama seminggu kemudian. Tak dinyana sesaat setelah pulang kantor, aku merasakan kesakitan yang luar biasa di pangkal paha kananku sehingga tidak dapat turun dari kendaraan.


Segera aku dibantu untuk masuk rumah dan berbaring. Aku kemudian melihat ada benjolan sebesar bakso berwarna kemerahan seperti jerawat yang meradang di pangkal paha kananku, padahal sebelumnya benjolan itu tidak ada. Ugh, sakitnya luar biasa.


Segera aku merujuk ke dokter bedah dan dokter bedah menyarankan untuk segera dilakukan operasi mayor. Menurut keterangan dokter bedah, ususku yang "jatuh" ditempatkan kembali ke posisi awal kemudian lubang pada selaput tipis perutku ditutup dengan lapisan sintetis sehingga memperkecil kemungkinan usus "jatuh" lagi. Untunglah operasinya hanya berlangsung singkat dan masa penyembuhanku juga relatif singkat (hanya 3 hari opname plus 3 hari istirahat di rumah).


Konsekuensinya selama 6 bulan setelah operasi aku tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas yang terlalu berat yang melelahkan dan juga tidak diperkenankan untuk mengangkat benda-benda berat. Tidak ada pantangan makanan yang diberikan.