Friday, July 20, 2012

Foot Note: Ekowisata Manggrove Wonorejo

Aku sangat mencintai alam juga berpetualang dan aku juga sangat percaya bahwa kecintaan pada alam harus ditanamkan sejak usia muda. Nah, berhubung anakku sedang libur kenaikan kelas, aku mengajak kedua anakku untuk mengunjungi spot ekowisata di Surabaya yang belum begitu populer. Yup, Ekowisata Manggrove Wonorejo (EMW) atau juga dikenal dengan nama Wisata Alam Manggrove (WAM). Walaupun kurang populer, ternyata Duta Besar Amerika pernah berkunjung ke tempat ini lho.

Ekowisata Manggrove Wonorejo adalah satu dari dua kawasan manggrove di Indonesia (kawasan lainnya adalah Balikpapan) yang dijadikan percontohan bagi proyek Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS) antara Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)

Petunjuk arah menuju Ekowisata Manggrove Wonorejo
Tidak terlalu sulit untuk mencapai lokasi EMW. Aku menjadikan kampus STIKOM Kedung Baruk (Bukan STIKOM Jemur) Surabaya sebagai patokan. Tinggal mengikuti jalan ke arah pangkalan taxi Orenz. Sepanjang perjalanan kami melewati IPH School, Hotel Teratai, Perumahan Graha Sampurno di sisi kanan jalan, sedangkan di sisi kiri adalah sungai. Ada beberapa petunjuk arah yang disponsori oleh salah satu developer perumahan yang memudahkan calon pengunjung yang belum pernah ke tempat itu.

Gerbang Masuk Ekowisata Manggrove Wonorejo
Gerbang EMW yang terletak di sisi kanan jalan, persis di seberang lokasi perumahan berkonsep regency. Gerbang itu terbuat dari batang-batang bambu yang diikat satu sama lain dan beratapkan alang-alang. Kami harus menyusuri jalan tak beraspal dan bergelombang. Terdapat beberapa kolam pancing di sepanjang perjalanan menuju loket masuk.


Akhirnya kami tiba juga di loket masuk tempat wisata. Jika mengharapkan sesuatu yang "wah" tentulah akan kecewa karena di kisaran loket masuk hanya terdapat tempat parkir, beberapa PK5, dan toilet yang terletak agak terpisah dari loket masuk dan warung-warung PK5.

Tiket masuk Ekowisata Manggrove Wonorejo
"Sempurna", pikirku. Anak-anakku akan tahu seperti apa hutan dan sungai. Mereka akan lebih cepat belajar mengenai ekosistem sungai jika dibandingkan belajar melalui buku. Akupun lalu membeli tiket masuk untuk kami bertiga (IDR 25.000 untuk pengunjung dewasa dan IDR 15.000 untuk pengunjung anak-anak). Sembari menunggu perahu penumpang yang akan kami naiki penuh, kami menikmati sajian mie instan dan membekali diri dengan air mineral untuk selama perjalanan. Berdasarkan informasi yang aku peroleh dari penjual tiket, durasi menyusuri sungai dan hutan bakau pergi-pulang adalah 1 jam.

Mesin diesel perahu penumpang menderu-deru, oleh petugas yang ada kami bertiga dipersilahkan naik ke atas perahu. Aku melihat kilatan semangat penuh keingintahuan di mata kedua anakku dan aku senang melihat hal itu. Petualangan kami pun dimulai...

Dermaga dan perahu kayu yang diperuntukkan bagi para pengunjung WAM

Menyusuri sungai dengan perahu
Perahu penumpang yang kami naiki melaju mulus membelah sungai. Di kanan kiri kami terbentang pepohonan bakau yang rimbun-rimbun. Tumbuhan bakau ini berfungsi untuk mencegah erosi sekaligus sebagai benteng alami terhadap air pasang. Fungsi lainnya adalah akar bakau yang lebat menangkap sisa bahan organik dan endapan dari daratan sehingga laut terjaga kebersihannya. Jika laut bersih, maka ekosistem laut (rumput laut dan terumbu karang akan terpelihara).

Tak jarang burung-burung putih berterbangan dan monyet ekor panjang bertengger di antara rerimbunan tanaman bakau. Sungguh pemandangan yang mengasyikkan. Para penumpang lain yang mayoritas adalah penggemar fotografi menjepretkan kamera mereka untuk mengabadikan pemandangan "tak lazim" di kota Surabaya.

Pemandangan ekosistem hutan bakau
Aku benar-benar menikmati hembusan angin yang menerpa kulit wajahku dan pemandangan di kanan kiriku. Sepertinya aku tidak seorang diri karena kedua anakku dan para penumpang lainnya juga seperti aku. Bahkan kedua anakku nekad duduk di geladak perahu sehingga pandangan mereka tidak terhalang oleh apapun walaupun sebenarnya kami sudah duduk di bangku paling depan.

Jalan setapak yang terbuat dari anyaman bambu
Sungai yang kami susuri membawa kami ke arah laut, kondisi gelombang lebih terasa di bagian ini. Putri sulungku sempat mengeluh pusing karenanya. Untunglah tak lama kemudian perahu berbalik arah dan kemudian menepi. Kami dipersilahkan untuk menyusuri jalan setapak dari anyaman bambu yang membelah hutan bakau. Putri sulungku semangat sekali, jiwa petualangnya bangkit. Dia melontarkan begitu banyak pertanyaan mengenai tanaman bakau, sayangnya pengetahuanku mengenai tanaman bakau masih sangat terbatas.

Jalan setapak bercabang menjadi 2, masing-masing menuju gazebo yang berbeda. Untuk pertama kali kami berjalan menuju gazebo Pertamina. Gazebo Pertamina didirikan atas sumbangsih pertamina untuk penanaman 1000 pohon bakau. Gazebo ini bertingkat 3 dan dalam kondisi yang terawat. Dari sini kami bisa menikmati pemandangan laut dan hutan bakau.

Pembibitan tanaman bakau
Dari gazebo Pertamina, kami berjalan menuju gazebo Polwiltabes. Sebenarnya letak gazebo ini lebih dekat dari tempat perahu kami merapat. Sayangnya kondisi atap gazebo di sana banyak yang berlubang dan gazebo hanya dibangun 1 lantai saja. Namun dari tempat ini kami bisa melihat pembibitan tanaman bakau yang ditanam di batang-batang bambu.

Setelah kami rasa cukup berpetualang, kamipun kembali menuju tempat perahu kami ditambatkan. Anak-anakku berceloteh sepanjang perjalanan menuju dermaga. Mereka menceritakan pengalaman dan pengetahuan baru mereka sekaligus bertanya ini itu kepadaku. Aku senang karena itu artinya misiku berhasil.

Tips:
  1. Waktu berkunjung paling ok adalah pada saat pagi hari atau sore hari kala sinar matahari tidak terlalu terik. Bawalah topi dan kenakan baju yang nyaman.
  2. Bawalah kamera karena banyak view yang menari, jangan seperti aku yang hanya mengandalkan kamera HP hehehe (harap maklum jika hasil jepretan tidak maksimal).
  3. Jika ingin berlama-lama di gazebo, jangan lupa membawa bekal karena di sana tidak ada penjaja makanan atau minuman. Bawalah juga plastik untuk menampung sampah yang tersisa dari makanan dan minuman yang telah konsumsi serta buanglah sampah pada tempatnya! 
  4. Kondisi toilet kurang layak karena tidak menggunakan air PDAM. Untuk pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas toilet, ada baiknya membeli air mineral kemasan untuk membasuh atau menggunakan tissue basah. Jangan lupa, buanglah botol kemasan atau tissue basah yang telah terpakai pada tempat sampah yang tersedia!