Jujur, aku kurang menyukai kegiatan menjenguk orang sakit serius atau parah, entah itu di kediamannya terlebih lagi di rumah sakit karena aku sering merasa sedih melihat semangat mereka yang memudar seiring dengan penyakit yang mereka derita. Penyakit mengalahkan mental sehingga kondisi semakin memburuk.
Tapi Inong sungguh berbeda. Dia adalah salah satu wanita yang aku kagumi karena ketangguhannya. Dia sudah menjanda sejak anak-anaknya masih berumur 9, 5, dan 4 tahun. Inong harus membesarkan ketiga anaknya seorang diri. Suaminya meninggal karena serangan jantung tepat pada tahun baru.
Wanita paruh baya ini divonis kanker paru stadium 4 pada Agustus 2008 dan dokter memprediksikan hidupnya tidak akan lebih dari 3 minggu lagi. Hasil foto menunjukkan paru-paru kirinya sudah berwarna putih, artinya dipenuhi sel kanker dan sel itu mulai menggerogoti paru-paru bagian kanan bawah. Padahal sebelumnya dia rutin mengontrol kesehatannya, terlebih setelah dia beberapa kali mengalami kesulitan untuk bernafas. Diagnosa dokter pada saat itu adalah Inong menderita sakit jantung.
Begitu mendengar bahwa Inong menderita kanker paru, anak Inong yang berdomisili di Jakarta mengajaknya untuk berobat di sana. Maka Inong mulai menjalani proses kemoterapi dan radioterapi. Rambutnya menjadi rontok...gundul dan kulitnya mengalami iritasi. Belum lagi rasa sakit yang diderita Inong setiap menjalani kemoterapi. Inong bercerita padaku bahwa kemoterapi membuatnya merasa nyeri yang amat sangat dan mual. Belum lagi berbagai macam suntikan dan selang oksigen juga infus yang terpasang di tubuhnya. Hatiku miris setiap melihat foto-foto yang ditunjukkan oleh anaknya.
Satu hal yang selalu ditunjukkan Inong walaupun rasa sakit mendera tubuhnya: dia tidak patah semangat. Inong selalu berkata: hidup mati bukan di tangan dokter, tapi di tangan Tuhan. Jika Tuhan masih memberikannya nafas, pantang baginya untuk jadi patah arang. Dia harus tetap berkarya, menghargai setiap hari baru yang diberi Tuhan walaupun mungkin terbatas oleh tenaga. Dia juga selalu berpesan agar selalu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan karena Dia yang memegang hidup.
Oleh rumah sakit tempat Inong dirawat, dia dijadikan motivator bagi pasien lain.
Sekarang, November 2009...Inong masih hidup dan berkarya. Tuhan memberikan Inong perpanjangan hidup, bahkan memberikan kesempatan baginya untuk menantikan kelahiran cucunya yang ke-7 :)
Thursday, November 12, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment