Thursday, March 4, 2010

Foot Note: Bantimurung

Nekad...yup, nekad...pilihan kata yang tepat untuk perjalananku kali ini karena aku benar-benar jalan sendiri ke suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi sama sekali: Makassar.

Walau ngakunya jalan sendiri, bukan berarti aku ga memanfaatkan jaringan rekan kerja kantor cabang di sana...wkwkwkwkwk inilah enaknya jadi orang yang kerja di kantor pusat...2 orang rekan kerja dari kantor cabang diliburkan khusus untuk menemaniku selama aku berada di sana plus mobil! Makasih lho pak kepala cabang udah memberikan fasilitas istimewa untukku. Dari bandara, aku bersama 2 rekan kantor cabang langsung meluncur ke Kabupaten Maros. Lama perjalanan yang kami tempuh sekitar 1 jam dari bandara.
Ada apa sih di Kabupaten Maros?

Air Terjun Bantimurung dan Kerajaan Kupu-Kupu

Ini dia salah satu spot wisata yang ingin kukunjungi berdasarkan hasil googling. Air terjun ini terletak di kawasan karst (lembah bukit kapur) Maros-Pangkep. Begitu melangkahkan kaki melewati pintu masuk, aku langsung di sambut oleh Museum Kupu-Kupu di sisi kanan. Untuk menuju museum kupu-kupu harus menyebrangi jembatan yang terbuat dari kayu.

Setelah melewati museum kupu-kupu, aku melihat landscape kolam yang diperuntukkan untuk anak-anak. Air cenderung dangkal dan beraliran tenang. Terdapat papan luncur dan area bermain untuk anak-anak.

Melangkah lebih jauh, aku melihat beberapa orang dewasa sedang asyik berenang di air yang berwarna hijau. Gairah untuk berbasah-basah ria di air terjun semakin besar, apalagi mendengar gemuruh air terjun yang semakin keras.

Air terjunnya sih tidak terlalu tinggi (sekitar 15 meter), tapi lebar (20 meter) dan air yang mengalir melimpah ruah. Asyik banget berbasah-basah di sini! Norak? Biarin....di Surabaya kan ga ada! Lagian dah jauh-jauh terbang ke Makassar, rugi dong kalo ga mandi di sini. Untuk memasuki kawasan ini, cukup merogoh kocek Rp 10.000 (dewasa), Rp 5.000 (anak-anak), dan Rp 20.000 (turis mancanegara).

Setelah puas bermain air, aku menaiki tangga yang terbuat dari beton di sebelah kiri air terjun. Tangga ini menuju goa yang bernama Goa Batu. Yang tertulis di papan penunjuk arah sih, jarak dari air terjun menuju goa adalah 800 meter, tapi setelah menaiki 96 anak tangga, ternyata masih harus menyusuri jalan setapak di dalam hutan, menyebrangi jembatan reyot yang terbuat dari kayu, dan naik tangga lagi! Untungnya, perjalanan tidak terasa karena mataku dimanjakan oleh kegemulaian berpuluh kupu-kupu yang berterbangan. Kata guide yang menemaniku, jikalau sedang musimnya (Juni-Oktober) aku bisa melihat ribuan kupu-kupu berterbangan di lokasi ini. Pantaslah tempat ini juga disebut sebagai Kingdom of Butterfly.

Ternyata tidak hanya keelokan gemulai kepakan sayap kupu-kupu cantik yang menghibur perjalananku menuju goa...tidak jauh dari lokasi air terjun utama, terdapat juga danau yang airnya berwarna kehijauan dan air terjun kedua. Kawasan danau dan air terjun kedua Bantimurung merupakan kawasan terlarang. Jika dilihat sepintas, kelihatannya danau terlihat tenang. Tapi ternyata kawasan danau ini telah menelan banyak korban jiwa, sehingga oleh pengelola lokasi wisata dibatasi oleh pagar besi.


Di dekat tempat aku break, aku melihat terdapat sebuah makam yang kelihatannya sangat terawat di sebelah kiri jalan setapak. Rasa penasaranku timbul karena tidak melihat tulisan apapun pada batu nisan makan itu. Berdasarkan informasi yang aku dapatkan dari para guide, makam itu adalah makam Raja Bantimurung.

Setelah break sejenak sambil menikmati pemandangan danau, aku kembali melanjutkan perjalanan menuju goa. Kali ini kedua guide yang mengawalku membawa sebuah lampu petromax untuk menerangi perjalanan kami selama di dalam goa nantinya. Harga sewa lampu petromax adalah Rp 50.000,- sedangkan untuk sebuah senter adalah Rp 10.000,- Aku lebih memilih menggunakan lampu petromax karena cahaya yang dihasilkan lebih terang.

Sebelum memasuki goa, kembali aku harus menapaki beberapa buah anak tangga. Di pertengahan anak tangga, tiba-tiba salah seorang guide memukul batu kapur yang meruncing pada bagian kiri atas kepalaku. Batu itu berbunyi nyaring. Rupanya batu itu seperti laiknya bel permisi mengunjungi goa.

Baru kali ini deh masuk goa yang benar-benar goa. Gelap sekali dan tanah tempat aku berpijak adalah tanah liat yang sedikit basah, jadi bisa terbayang betapa licinnya jalan di dalam goa...harus extra hati-hati. Goa ini sangat istimewa bagi penduduk Kabupaten Bantimurung karena konon di goa ini Raja Bantimurung mengasingkan diri untuk bertapa. Berdasarkan informasi yang aku peroleh dari guide, Raja Bantimurung bertapa di tempat ini seraya memanjatkan doa agar Bantimurung dapat terkenal sampai ke daerah luas.

Menyusuri goa sambil menikmati keindahan stalaktit dan stalakmit yang bertambah setiap centimeternya setiap 60 tahun! Wow...kalau melihat stalaktit yang menjulur begitu panjangnya, bisa jadi goa ini sudah sangat tua.

Ada beberapa bebatuan di dinding goa yang boleh terbilang unik. Ada batu monyet, batu kaki gajah, dan satu lagi...batu jodoh. Bagi yang masih single dan ingin mendapatkan jodoh atau bagi pasangan yang ingin hubungan mereka berakhir di pelaminan, mengikatkan tali atau plastik di sekeliling batu jodoh. Bagi yang percaya, niscaya permohonan mereka akan terkabul.

Batu monyet

Batu kaki gajah

Batu jodoh


Kami kembali menyusuri goa lebih dalam lagi. Kali ini kami harus memasuki sebuah celah lorong sempit di dalam goa. Kedua rekan kantor cabang memutuskan untuk tidak memasuki celah tersebut karena alasan kesehatan. Tapi aku sudah kepalang tanggung, lanjutkan!

Setelah menyusuri lorong sempit itu, ternyata terdapat sebuah ruangan goa yang sangat luas. Di tempat inilah Raja Bantimurung bertapa, wudhu, dan shollat. Ada yang istimewa dari tempat wudhu Raja Bantimurung, yang merupakan sumber mata air kecil di dalam goa. Masyarakat di sana percaya bahwa bagi siapa saja yang membasuh mukanya dengan air itu, maka akan awet muda....wow, langsung aja aku membasuh mukaku di sana...penghematan ongkos facial kalo memang benar demikian hehehe

Tempat bertapa Raja Bantimurung

Tempat shollat Raja Bantimurung

Tempat wudhu Raja Bantimurung / Sumur awet muda

Aku puas menyusuri goa dan memutuskan untuk kembali. Kebetulan, jam makan siang sudah tiba dan aku diundang Kepala Cabang Makassar untuk makan siang bersama. Pada saat melewati gerbang luar, aku melihat banyak penjaja suvenir berupa kupu-kupu yang diawetkan. Suvenir ini ditawarkan mulai harga Rp 10.000 sampai jutaan rupiah.

2 comments:

Mayawati said...

Terima kasih sharing-nya. Cakep ya air terjunnya...

Dian Lentera said...

@ Mbak Maya: iya, mbak, jadi pengen balik ke sana lagi sekalian ke Leang-Leang...di sana ada goa prasejarah lho, mbak ^_^ sayang pas di sana ga cukup waktunya untuk sekaligus ke Leang-Leang.

Post a Comment