Kapurung + Ikan Parede + Barobbo
Ini adalah menu khas pertama yang aku cicip setiba di Makassar. Beberapa rekan kantor cabang membawaku ke RM Aroma Luwu yang berlokasi di Jalan Rajawali.
Begitu melihat kapurung yang disajikan dalam mangkok kaca besar di atas meja, selera makanku langsung bangkit. Hmmm....tapi begitu aku akan menyendok masakan itu, orang-orang cabang langsung mengatakan kalau biasanya orang dari luar Makassar tidak menyukai menu ini karena rasanya yang kecut karena dan sagu (berbentuk seperti kolang-kaling pipih bening dan kenyal) yang memberikan sensasi aneh di mulut...ah, masa sih? Tanyaku dalam hati....dibilang begitu supaya aku tidak makan atau emang separah itu rasanya? Kubulatkan hati untuk menyuap kapurung ke dalam mulutku....slurp....wah, enak!!! Gini kok dibilang aneh sih? Apalagi sewaktu dipadu dengan Ikan Parede....wuih, mantap abis!!!
Setelah menghabiskan sepiring besar kapurung dan ikan parede, menu lain disajikan: barobbo. Barobbo sepintas tampak seperti bubur manado, hanya saja bahan utamanya adalah jagung, labu, bayam...sebagai teman menikmati barobbo, disajikan pula ikan asin goreng, irisan jeruk nipis, kemangi, dan sambal. Benar-benar nikmat! Aku langsung jadi fans barobbo.
Sup Konro
Walaupun sebenarnya menu ini tersedia di Surabaya, aku sama sekali tidak pernah memakannya. Gambaran yang ada di kepalaku mengenai menu yang satu ini begitu mengerikan dan tidak membangkitkan selera. Eh, ternyata di Makassar aku malah diajak makan malam dengan menu Sup Konro di Jalan Gng Bawakaraeng (sisi kanan jalan persis sebelum perempatan lampu lalu lintas Jalan Bandang dan Jalan Veteran). Demi menghormati yang sudah mengajak makan malam, aku mengiyakan. Sepiring nasi hangat disajikan...aku berdebar-debar menantikan sup konro disajikan di depanku....ngeri harus membayangkan menggerogoti tulang iga sapi. Benar saja, tak lama kemudian pelayan membawa piring berisi 6 potong iga sapi berukuran besar bertabur irisan daun bawang dan bawang merah goreng. Begitu menu itu disajikan di depanku dan hidungku menghirup aroma lezatnya, buyar langsung kengerianku. Jadi dengan pede aku menambah air jeruk nipis ke dalam kuah sup. Hmmmm lekker! Ga terasa aku sampai habis 2 porsi sup konro hehehehe
Walaupun namanya mie kering, sebenarnya menu yang satu ini termasuk dalam kategori masakan berkuah. Bentuknya tidak terlalu berbeda jauh dengan Tamie Goreng Cap Jay, hanya bedanya yang disajikan dalam adonan kuah kental hanya sawi hijau dan irisan ayam. Dan tidak ketinggalan potongan jeruk nipis...rasanya orang Makassar mania jeruk nipis deh...tiap menu masakan di sana sebagian besar disajikan dengan irisan jeruk nipis. Aku menikmati mie kering Anto di Jalan Bali yang sangat terkenal di Makassar, sehingga tidak heran jika banyak yang mengantri untuk makan di tempat ini. Tempat ini buka hingga pukul 4 pagi setiap harinya. Sebenarnya ada tempat makan lain yang juga menyajikan menu yang sama di Jalan Irian, hanya saja tempatnya lebih kecil dan yang mengantri juga banyak, jadi aku lebih memilih Mie Kering Anto di Jalan Bali.
Pallu Basa
Ini dia menu makan siang hari kedua di Makassar. Ada banyak tempat yang menjual menu khas ini di Makassar, tapi yang terkenal enak adalah di Jalan Onta Lama. Tempatnya hanya berupa warung tenda, tapi jangan ditanya yang mengantri untuk makan di sana....
Pallu Basa disajikan dalam mangkuk kecil yang berisi potongan dadu daging sapi yang dipadu dengan kuah berwarna coklat kental yang kaya akan rempah-rempah dan diberi air perasan jeruk nipis / jeruk purut. Uenak tenan!
Mie Kering
Walaupun namanya mie kering, sebenarnya menu yang satu ini termasuk dalam kategori masakan berkuah. Bentuknya tidak terlalu berbeda jauh dengan Tamie Goreng Cap Jay, hanya bedanya yang disajikan dalam adonan kuah kental hanya sawi hijau dan irisan ayam. Dan tidak ketinggalan potongan jeruk nipis...rasanya orang Makassar mania jeruk nipis deh...tiap menu masakan di sana sebagian besar disajikan dengan irisan jeruk nipis. Aku menikmati mie kering Anto di Jalan Bali yang sangat terkenal di Makassar, sehingga tidak heran jika banyak yang mengantri untuk makan di tempat ini. Tempat ini buka hingga pukul 4 pagi setiap harinya. Sebenarnya ada tempat makan lain yang juga menyajikan menu yang sama di Jalan Irian, hanya saja tempatnya lebih kecil dan yang mengantri juga banyak, jadi aku lebih memilih Mie Kering Anto di Jalan Bali.
Pisang Epe
Masih di hari kedua...setelah makan mie kering, aku meluncur ke lokasi Pantai Losari...aku penasaran dengan yang namanya Pisang Epe. Ternyata pisang epe adalah pisang kepok yang mengkal, dipipihkan, lalu dibakar di atas arang, kemudian disajikan dalam piring kecil dengan dilengkapi saus yang terbuat dari gula jawa yang dicairkan. Istimewanya gula jawa cair ini diberi durian....ckckck sempurna enaknya, apalagi makannya sambil menikmati view pantai di malam hari, MANTAPH!!
Sup Saudara
Hari terakhir kunjungan ke Makassar, aku diajak makan siang dengan menu Sup Saudara. Tidak berbeda jauh dengan menu Sup Konro, hanya saja daging serta jerohan disajikan dalam bentuk potongan dadu, lengkap dengan irisan daun bawang dan tentu saja jeruk nipis. Enyak...enyak...enyak!
Sorry, khusus yang ini ga ada fotonya karena pas lagi low bat.
Pisang Ijo
Ini adalah pilihan hidangan pencuci mulut setelah menikmati Sup Saudara. Masih di daerah Pantai Losari, tepatnya di RM Hawaii. Pisang raja dibalut dengan adonan berwarna hijau, disajikan dengan bubur tepung beras, es serut, dan sirup plus susu kental manis. Slurp... nikmat sekali diminum pada saat siang hari yang terik. Perpaduan rasa manis dari sirup dan rasa gurih dari bubur tepung beras+santan menjadikan menu ini salah satu favoritku.
Coto Makassar
Belum bisa dibilang ke Makassar kalau belum mencicipi Coto Makassar. Biasanya begitu mendengar kata soto, yang ada dalam pikiranku adalah irisan ayam atau daging dalam kuah kaldu berwarna kuning yang disajikan dengan taburan bawang goreng dan irisan daun seledri. Tapi kuah Coto Makassar tidaklah berwarna kuning kunyit, melainkan kecoklatan...mirip dengan kuah Pallu Basa. Uniknya Coto Makassar disantap dengan ketupat, bukan nasi atau lontong. Aku menyantap Coto Makassar bersama beberapa orang kantor cabang Makassar di sebuah depot yang berlokasi di Jalan A.P. Pettarani.
Gila...bener-bener puas berwisata kuliner di sana!
Gila...bener-bener puas berwisata kuliner di sana!
Sukses menaikkan berat badan, YES!
Mau balik lagi ah ke Makassar....
4 comments:
waahhhh ngiri!!! gue ga sekumplit ini kulinernya :D
Shasa
@ Mbak Sasha: yuk, jalan bareng lagi ke Makassar...asli lagi ngidam konro nih :D
Yummy... Would love to try them someday...
@ Sutaaraito: come, join me...I haven't try Coto and Pallu Butung yet
Post a Comment