Monday, January 18, 2010

Pengalaman Buruk di Singapura



Rata-rata bagi orang yang pernah berkunjung ke Singapura mengatakan bahwa Singapura negara yang aman, tapi ternyata hal itu tidak berlaku bagiku.

Untuk seseorang yang kurang menyukai kegiatan shopping, Orchad Rd adalah spot yang kurang menarik bagiku. Sungguh, hal itu tidak menarik minatku sama sekali walau antusiasme teman-temanku tinggi untuk mulai hunting belanjaan yang bisa mereka bawa pulang ke Indonesia. Kami berpencar dan berjanji untuk bertemu di salah satu mall yang ada di Orchad Rd pada pukul 9 malam.

Aku memutuskan untuk ke mall yang dimaksud dan langsung menuju toko buku Konikuniya sambil menunggu pukul 9 malam. Toko buku ini benar-benar memuaskan minat membacaku. Tak terasa waktu akhirnya menunjukkan pukul 9 malam. Aku harus segera menuju pintu masuk mall untuk menemui teman-temanku di sana sesuai perjanjian kami.

Sesampainya di pintu masuk mall, teman-temanku masih belum tampak batang hidungnya. Aku menunggu selama 10 menit di sana seperti orang bego. Aku mulai bete dan melangkahkan kaki ke depan mall yang waktu itu masih sangat ramai karena ada atraksi permainan biola dari artis jalanan di sana. Kunikmati alunan musik klasik itu hingga kurang lebih 30 menit lalu kembali lagi ke pintu masuk mall. Mereka masih juga belum tampak. Belanja apaan sih mereka? Kok ga kelar-kelar?

Karena sudah lelah dan bosan menunggu, aku memutuskan untuk kembali ke penginapan seorang diri dengan menaiki MRT. Begitu tiba di station terdekat dari tempatku menginap, aku turun dari MRT. Nah, di sinilah perkara mulai terjadi. Aku lupa harus keluar dari gate mana. OMG! Jadi berdasarkan insting seekor leming, aku memilih gate D dan tibalah aku di tempat antah berantah. Aku masuk lagi ke terminal dan mencoba pilihan gate yang ada. Semuanya tampak berbeda dibandingkan siang hari tadi. Buset, bego amat ga menghafal gate yang mana yang harus diambil. Gini nih kalo terlalu mengandalkan teman.

Pendek kata, aku kembali keluar melalui gate D dan memutuskan untuk bertanya pada penduduk lokal mengenai lokasi penginapanku. Pastinya tidak akan terlalu jauh dari sekitar tempat itu pikirku. Tempat pertama yang harus aku cari adalah supermarket 24 jam Mustafa karena tempatku menginap tidak jauh dari situ.

Ternyata pengetahuan penduduk lokal mengenai daerah sekeliling sangat parah. Tidak ada yang tahu lokasi Mustafa Supermarket! Padahal aku sudah bertanya pada kurang lebih 7 orang yang berbeda. Buset deh, mana pas ga bawa peta pula! Akhirnya setelah mengelilingi little India hampir 30 menit dengan berjalan kaki seorang diri, aku menemukan Mustafa Supermarket. HALLELUJA! Lega banget deh rasanya :D

Tapi ternyata kelegaanku berumur pendek. Orang-orang di sana juga tidak tahu tempatku menginap. Jalanan di daerah Mustafa Supermarket dipenuhi oleh laki-laki bertampang para penjahat di setiap film India yang pernah aku tonton. Benar-benar perawan di sarang penyamun. Setiap pria yang aku tanyai, langsung mengajakku untuk menginap di tempatnya saja sambil memuji parasku...free of charge kata mereka. "Biar kamu yang bayar aku ga bakalan mau, bro!" pikirku. Akhirnya aku menemukan seseorang yang mau meminjamkan HPnya untuk aku pakai. Wah baik bener nih orang. Sayangnya tidak ada satu temankupun yang bisa aku hubungi. Tingkat stress mulai meningkat. Laki-laki baik tadi lalu menyarankan aku ke warnet untuk meminjam yellow pages dan mencari alamat jelas dari penginapan itu.

Aku melangkahkan kaki ke warnet yang ditunjuk setelah mengucapkan terima kasih pada laki-laki itu. Warnet terletak di lantai 2 bangunan di seberang jalan, naik melalui tangga di samping. Belum sampai aku ke lantai 2, aku bertemu laki-laki lain. Wajahnya tidak terlalu menyeramkan. Dia bertanya mengenai keperluanku dan lalu aku menjelaskan padanya. Dia mengatakan bahwa di atas tidak ada yellow pages dan menawarkan untuk mengantarku kembali ke penginapan. Dengan halus aku menolak. Aku tidak mau berjalan dengan orang yang tidak aku kenal.

Tiba-tiba semuanya jadi jelas kalau dilihat dari atas, aku tahu jalan mana yang harus aku ambil. Aku lalu melangkahkan kaki kembali ke penginapan. Ternyata laki-laki itu membuntutiku. Aku mempercepat langkahku, dia melakukan hal yang sama. Omg! Aku langsung mengkomfrontasi laki-laki itu. Hal ternekad yang pernah aku lakukan. Dia menjelaskan bahwa dia ingin memastikan aku tiba dengan aman dan selamat di penginapan. Okay...

Kami lalu berjalan beriringan sambil sesekali berbicara. Ternyata dia orang Pakistan. Sesekali dia mengatakan kalau penginapan tidak dapat ditemukan, aku boleh bermalam di tempatnya. Muka gila, ga sudi!

Sekali waktu tiba-tiba dia menghilang. Oh, ternyata dia membeli minuman dingin. Mungkin aku yang terlalu paranoid, tapi aku tidak mau meminum minuman kaleng yang dia sodorkan walaupun sebenarnya aku sangat haus. Aku takut minuman itu sudah dijampi-jampi oleh dia. Dia terus memaksaku untuk minum dan aku terus saja menolak sambil melanjutkan perjalanan.

Akhirnya penginapan itu aku temukan! Yipikaye!!! Aku memintanya untuk kembali dan berterima kasih karena sudah ditemani olehnya sampai di sana, tapi ternyata dia menolak, dia minta ikut masuk ke dalam hotel. Weks! Dalam Lift yang mengantar kami ke lobby hotel, tiba-tiba dia ingin mencium bibirku...aku langsung berkelit dan menutup mulutku dengan minuman kaleng yang dia belikan sebelumnya. Waduh, lama sekali untuk sampai ke lobby hotel, kutukku dalam hati.

Begitu pintu lift terbuka, aku langsung berlari masuk kamarku dan menjumpai teman-temanku sudah berada di dalam kamar. Aku meminta salah satu teman laki-lakiku untuk berpura-pura menjadi suamiku dan secara halus meminta laki-laki Pakistan itu pulang. Untung saja rencana itu berhasil....pfffttt legaaaaaaaaaaaaa banget rasanya terbebas dari kuntitan laki-laki itu. Janji deh setelah itu aku selalu membawa peta, menghafal rute juga gate MRT, dan tidak berpencar dari kelompok.

2 comments:

Sutaaraito said...

Wow! That was awful... I never thought he would kiss you... What an experience!!!

Dian Lentera said...

@ sutaaraito: u have no idea how scary it was...alone with a complete stranger in the middle of no where and over midnight

Post a Comment