Monday, April 2, 2012

Foot Note: Serunya Terjebak Demo di Makassar

Foto oleh: Yusran Uccang / Antara



Bisa jadi inilah tripku ke Makassar yang paling seru. Terjebak kerumunan demonstrasi mahasiswa yang menolak usulan kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Acara liburan yang menyenangkan ditutup dengan aksi menghindari demonstrasi mahasiswa.

Begini ceritanya...

Saat itu Senin, 26 Maret 2012 pagi akhirnya aku menginjakkan kaki di kota daeng Makassar setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari Tana Toraja. Badanku terasa luar biasa penat karena tidak bisa tidur selama perjalanan naik bus. Singgah di mess sejenak untuk membasuh diri dan sarapan sebungkus mie instant rasa soto.

Segera setelah sarapan, aku bersama teman seperjalananku kembali berkemas untuk bersiap-siap kembali ke kota pahlawan. Sebenarnya jadwal penerbanganku masih di kesorean harinya, namun karena di headline surat kabar lokal diinformasikan bahwa pada hari itu dan keesokan harinya akan terjadi demo mahasiswa secara besar-besaran, maka aku bersama teman seperjalananku sepakat untuk menghindari pusat kota Makassar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswa Makassar sangat aspiratif dalam mengaplikasikan demokrasi.

Jadilah kami mengunjungi Fort Rotterdam yang terletak di dekat Pantai Losari. Seijin penjaga loket, kami menitipkan barang bawaan kami di sana sehingga kami bisa puas mengililingi Fort Rotterdam yang luas itu. Setelah puas berkeliling dan narsis, kami melangkahkan kaki memasuki salah satu tempat hang out terkenal di Makassar: Kampoeng Popsa. Suer, dari luar aku mengira food court ini adalah sebuah bengkel!



Suasana Kampoeng Popsa Kala Pagi


Belum banyak counter yang buka kala itu karena memang kami bertandang di kala waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi, bahkan cashier masih belum tiba. Jadilah kami memesan roti bakar keju, teh tarik, dan juice alpukat dengan sistem "makan sekarang, bayar nanti".

Kampoeng Popsa ternyata sangat menyenangkan untuk hang out. Di bagian belakang terdapat geladak yang sengaja diatur sedemikian rupa sehingga seakan menyatu dengan bibir pantai. Pemandangan yang ditampilkan adalah pelabuhan container di sisi kanan, Pulau Menjangan yang berpasir putih, dan Pulau Samalona yang hanya berupa titik hitam-putih di kejauhan. Pastilah akan jauh lebih menyenangkan hang out di Kampoeng Popsa kala malam hari. Penataan lampu pasti akan membuat tempat itu semakin cantik dan menyenangkan.



Telah jelang tengah hari kala aku meninggalkan Kampoeng Popsa. Matahari bersinar sangat terik menusuk kulit dan menyilaukan mata. Demonstrasi mahasiswa telah dimulai. Untunglah kami sudah di bagian pinggiran kota, tinggal mencari jalan alternatif menuju bandara.

Sejenak kami singgah di KFC untuk makan siang sambil mengumpulkan informasi jalur-jalur alternatif. Untunglah aku sudah sedikit hafal jalan-jalan utama kota Makassar sehingga tidak terlalu sulit untuk mengerti keterangan yang diberikan oleh orang-orang yang kutanyai. Berdasarkan informasi yang aku peroleh setelah bertanya kepada beberapa orang, jalur alternatif yang paling aman menuju bandara adalah melalui Pelabuhan Paotere. Namun akhirnya aku bersama teman seperjalananku memutuskan untuk menaiki bus Damri Bandara dari Jalan Ribura'ne.


Penjaga loket mengatakan bahwa bis tidak akan menempuh jalur rutin karena adanya demonstrasi mahasiswa, jadi bus akan menyisir pantai dan langsung masuk tol menuju bandara. Oh, baguslah pikirku, berarti sesuai arahan beberapa orang yang aku tanyai tadi. Perjalanan menuju tol bandara sangat lancar, hatiku riang gembira karena dapat menghindari demonstrasi mahasiswa. Namun kegembiraanku ternyata berumur pendek. Tol menuju bandara macet total! Bus yang aku naiki sama sekali tidak bisa berkutik. Rupanya demonstrasi melebar sampai ke tempat ini dan masih diperparah dengan adanya truk yang asnya patah. Hasilnya: terjebak selama berjam-jam di jalan tol!


Arrghhh menyebalkan sekali....terlebih karena aku tiba di bandara pada saat pesawat yang akan aku tumpangi sudah boarding. Jadilah akhirnya aku ketinggalan pesawat tanpa adanya kompensasi dari pihak maskapai penerbangan. Buntutnya aku harus membeli tiket baru dan menginap 1 malam lagi di Makassar.


Tips traveling kala terjadi demonstrasi:


  1. Kumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai titik-titik terjadinya demonstrasi dan jalur-jalur alternatif menuju tempat tujuan.

  2. Penguasaan area, walaupun minim akan sangat membantu.

  3. Memiliki kenalan orang lokal, apalagi yang bersedia mengantar ke tempat tujuan akan jauh lebih baik.

  4. Berangkatlah berjam-jam lebih awal, terutama jika harus mengejar sesuatu yang telah terjadwal (pesawat, kereta api, kapal, dll).

0 comments:

Post a Comment