Bertepatan dengan hari H.A.M. pada hari ini (1o Desember) sebuah stasiun TV menayangkan sebuah cuplikan berita mengenai kematian seorang bayi berusia 4 bulan dikarenakan dibanting oleh ayah kandungnya ke lantai dan dinding hanya karena dia tidak berhenti menangis. Sungguh hatiku sedih sekali menyaksikan berita itu. Mengingatkanku pada kisah legendari Ari Anggara. Apa karena seorang anak tidak bertindak sesuai yang diinginkan orang dewasa, membuat orang dewasa berhak "mendidik" dengan kekerasan yang berujung kematian? Perlu diingat bahwa seorang anak adalah titipan Tuhan, setiap orang tua bertanggung jawab penuh.
Sering kali hak anak-anak terabaikan oleh sikap superior orang-orang dewasa yang berada di sekitar mereka, dan percaya atau tidak, kekerasan pada anak-anak justru banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat mereka. Pada saat seharusnya mereka menerima limpahan kasih sayang, justru mereka menerima pukulan, hujatan, makian, bahkan kekerasan seksual...oh Tuhanku...hanya karena orang tua mereka mengalami masalah, entah itu perceraian, pekerjaan, finansial, dll. Betapa berat beban yang mereka harus tanggung. Betapa terlukanya hati mereka.
Lalu ada kisah anak-anak yang berada di daerah konflik. Terpaksa memanggul senjata, terpaksa menepis ketakutan, terpaksa menahan tangis, terpaksa menjadi tegar. Bayang-bayang kengerian dan kematian selalu di depan mata.
Belum lagi kisah-kisah mayat bayi yang ditemukan di dalam kardus atau tas plastik. Kenapa anak yang harus menjadi korban untuk kesalahan yang dibuat oleh orang tua mereka? Aku sungguh tidak habis mengerti kadar keegoisan orang dewasa.
Ada tempat yang suka aku kunjungi. Di tempat itu ada banyak bayi-bayi yang berhasil di"selamat"kan. Bayi-bayi itu adalah bayi-bayi buangan, tidak diinginkan oleh orang tua mereka, kebanyakan adalah hasil hubungan gelap dan direncanakan untuk diaborsi. Aku suka merengkuh mereka dalam pelukanku, aku ingin mengatakan pada mereka, bahwa meskipun orang tua kandung mereka tidak menginginkan mereka, masih ada orang-orang yang mau menerima mereka dengan penuh kasih. Aku mengasihi mereka dan aku ingin mereka merasakan kalau aku menerima dan mengasihi mereka. Tanganku mungkin tidak cukup panjang untuk merengkuh mereka semua, tapi aku melakukan apa yang aku mampu dengan keterbatasanku.
Anak-anak begitu polos, lugu, dan tidak bersalah. Berilah cinta, bukan kekerasan, apalagi kematian. Mereka SANGAT berhak untuk menikmati dan menjalani hidup yang Tuhan beri. Biarlah dunia kanak-kanak mereka berisi keceriaan dan kebahagiaan, bukan ketakutan dan tangisan.
0 comments:
Post a Comment