Thursday, May 27, 2010

Kertas Tissue

Ada pengalaman yang cukup menarik sewaktu aku mengunjungi Makassar pada Maret 2010. Pada malam kedua aku berada di sana, aku diajak ke salah satu rumah makan yang menyajikan mie kering. Kali ini aku bukan ingin membahas kuliner di Makassar karena sudah aku ulas sebelumnya. Kebijakan yang diterapkan oleh pengelola rumah makan itu yang menarik perhatianku.

Sudah sangat umum menjumpai tissue di setiap meja di sebuah rumah makan, itu adalah fasilitas yang diberikan oleh rumah makan atau warung. Entah itu berupa tissue makan, maupun tissue gulung. Tapi di rumah makan ini, tissue tidak disediakan. Para pengunjung harus membelinya di kasir atau membawa sendiri dari rumah. Aku sangat salut dengan rumah makan itu karena penggunaan tissue bisa terkontrol dan tidak hanya menjadi sampah yang berserakan di lantai.

Harus diakui penggunaan tissue sangat besar, baik itu di restoran maupun di toilet, baik itu untuk membersihkan atau mengeringkan. Salah seorang petugas umum di kantorku mengaku, bahwa dia harus menyediakan 1 lusin tissue gulung per hari untuk ditempatkan di toilet wanita. What a waste!

Aku sangat setuju dengan sistem yang diterapkan oleh pabrik tempat aku bekerja, di mana setiap karyawati diberi jatah tissue gulung sehingga penggunaan tissue terkontrol dan pengeluaran keuangan untuk pembelian tissue dapat ditekan.

Perlu diketahui bahwa bahan dasar tissue adalah kayu yang diperoleh dari pohon. Meski sampah tissue bisa didaur ulang, tapi dengan menggunakan kertas tissue berarti kita juga bertanggung jawab pada kerusakan lingkungan, karena sebatang pohon butuh 6-8 tahun untuk siap ditebang dan diolah lagi. Dengan kata lain kita secara tidak langsung berperan serta dalam mengurangi pasokan air dan oksigen.

Sedikit urun ide untuk mengurangi pemakaian tissue:
  • Menggunakan handuk atau sapu tangan atau lap
  • Menggunakan lotion pembunuh kuman
  • Disiplin diri dalam menggunakan tissue, gunakan seperlunya saja, tidak perlu sampai berlembar-lembar
  • Menggunakan hand dryer (bagi pemilik restaurant / toilet umum) karena pemakaian listriknya justru lebih murah jika dibandingkan dengan pengadaan suplai tissue

0 comments:

Post a Comment