Selama ini aku selalu penasaran dengan bagaimana rasanya pingsan dan berkeringat. Memang aneh rasa penasaranku yang satu ini. Walaupun aku sudah menanyakan ke beberapa orang yang pernah mengalami tidak sadarkan diri ataupun berkeringat, itu belum memuaskan rasa ingin tahuku.
Aku memang terlahir sebagai orang yang tidak bisa berkeringat, bahkan pada saat aku sedang berusaha mendorong untuk mengeluarkan bayi dari dalam perutkupun aku tidak berkeringat. Padahal wanita-wanita lain sudah mandi keringat dan rambut mereka seperti habis keramas. Aku juga memiliki ketahanan fisik yang boleh dibilang tahan banting sehingga walaupun habis menjalani operasi usus buntu, aku bisa langsung berjalan kaki menuju toilet hanya karena aku tidak mau buang air kecil di pispot.
Nah, akhirnya rasa penasaranku terjawab Sabtu lalu. Tuhan mengijinkan aku berkeringat sekaligus pingsan. Pada saat itu aku mendonorkan darahku untuk yang ke-7 kalinya. Sebelum mendonorkan darah aku menjalani serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu: berat badan, tekanan darah, dan HB. Semuanya normal sehingga aku diperbolehkan untuk mendonorkan darahku. Aku selalu mempersiapkan diri sebelum menjalani donor darah: mengkonsumsi vitamin penambah darah dan makan siang.
Setelah selesai mendonorkan darah, aku berjalan menuju toilet untuk buang air kecil. Tiba-tiba aku menggigil, tangan dan kakiku kesemutan, rasa dingin menjalar dari tulang punggung sampai telinga dan wajahku. Nafasku mulai pendek-pendek. Keringat dingin keluar dari tubuhku, butiran keringat berukuran sebiji jagung.
Aku berusaha meraih handle pintu yang hanya berjarak setengah meter dari tempatku, tapi rasanya jauh sekali dan akhirnya aku terjatuh. Aku tidak tahu berapa lama aku terjatuh. Yang aku tahu setelah aku tersadar, peluh masih terus mengalir dan nafasku masih tersengal-sengal. Aku paksakan diri untuk berdiri dan berjalan, tapi ternyata hanya bisa beberapa langkah. Lagi-lagi aku terjerembab. Untung kali ini ada teman sekantor yang melihat dan menolongku. Dia menyuruhku beristirahat di bangku dan kemudian membawakan secangkir teh manis hangat. Setelah itu dia berlalu, rupanya dia memanggil teman kantorku yang lain. Temanku yang satu ini kemudian mengelap punggung dan tengkukku yang basah oleh keringat sambil terkesima karena ternyata aku bisa berkeringat juga.
Setelah menghabiskan segelas teh manis hangat, kondisiku berangsur pulih dan aku bisa berjalan ke ruang tamu kantor untuk berbaring. Aku kemudian diperiksa oleh dokter PMI, tensiku turun. Kemudian aku disarankan untuk tetap berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi, minum minuman manis hangat, dan mengkonsumsi vitamin.
Walaupun sebenarnya merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, tapi aku puas karena rasa ingin tahuku terjawab dengan sangat gamblang. Tentu saja, aku tidak ingin mengulang pengalaman ini hehehe
0 comments:
Post a Comment