Pada zaman dahulu, buah ara adalah salah satu sumber makanan di Timur Tengah selain buah anggur dan zaitun. Pohon ara dapat tumbuh di daerah subur, maupun di daerah berbatu. Ketinggian pohon ini bisa mencapai belasan meter.
Mengapa Yesus mengutuk pohon Ara yang tidak berbuah padahal saat itu bukan musim buah Ara? Apakah Yesus kurang kerjaan dan menjadi iseng karenanya?
Lebih lanjut kita mencoba mengenal pohon Ara. Terdapat berbagai macam pohon Ara (Ficus Arica), diperkirakan ada 30 jenis pohon Ara. Nah, pohon Ara yang pada saat itu dikutuk Yesus, adalah jenis pohon Ara Kapri. Pohon Ara Kapri berbuah 3 kali dalam setahun, yaitu pada musim semi, musim panas, dan musim dingin. Jadi sebatang pohon Ara Kapri sehat bisa berbuah selama 10 bulan dalam setahun.
Pada musim semi (profichi) buah Ara yang dihasilkan adalah buah Ara Sulung / Bikurah / Ara Hijau yang bentuknya kecil seperti biji almond dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
Pada musim panas (mammoni) buah Ara yang dihasilkan sangat banyak dan enak rasanya. Buahnya disebut bungaran. Biasanya oleh pemilik pohon Ara, buah bungaran dipergunakan selain untuk disantap, juga untuk mendapatkan penghasilan ekonomi. Saat inilah yang disebut musim buah Ara.
Sedangkan pada musim dingin (mamme), buah Ara yang dihasilkan kecil-kecil. Buah ini disebut buah pag. Buah pag, diperuntukkan khusus untuk Kaum Lewi dan orang-orang miskin.
Memproduksi Buah Roh
Jika Yesus disalib pada pertengahan April, maka diperkirakan kejadian Yesus mengutuk pohon Ara adalah pada awal April (musim dingin). Sehingga, bisa jadi yang dicari Yesus pada saat itu adalah bukan buah Ara bungaran, melainkan buah pag. Sehingga pada saat Ia tidak mendapati satu buah pag-pun pada pohon Ara itu untuk menghilangkan rasa laparNya, Yesus menjadi kecewa ketika Ia hanya menjumpai daun saja.
Yesus tidak mencari sesuatu dari orang yang tidak mengenalNya. Allah menilik sampai ke dalam hati orang. Memang daun tampak hijau menyegarkan dan dapat menutup "ketelanjangan" kita dari mata manusia, tetapi tidak dari mata Bapa. Janganlah mengkamuflase dengan keaktifan kita dalam berbagai pelayanan dan kepengurusan, namun keimanan kosong. Tidak ada buah yang dihasilkan.
Jikalau kita disebut orang Kristen dan membawa nama Kristus, maka Tuhan mencari buah-buah kehidupan dari kita. Sebuah pohon dikenali dari buah yang dihasilkannya. Orang Kristen yang percaya pada Yesus dikenal dari buah roh yang ada di dalam dirinya.
Ada 9 buah roh, bukan 9 buah-buah roh...artinya 9 buah roh (seperti yang tercantum dalam Galatia 5) secara utuh dan menyeluruh harus kita hasilkan. Kita tidak dapat memilih 4 dari 9 ataupun 6 dari 9, melainkan keseluruhan. Itu bukan pilihan, melainkan keharusan.
Pengikut Kristus harus memproduksi buah roh. Kegagalan mengakibatkan dicampakkan ke lautan api (Matius 24 : 14 - 30)
Penatalayanan Yang Baik
Mengapa buah pada musim buah pag sudah habis?
Ada 2 alasan yang mungkin terjadi. Pertama, pemiliknya mengabaikan aturan yang mengharuskan buah pada tahap ketiga ini untuk orang Lewi dan orang berkekurangan. Mereka memanennya untuk diri sendiri. Sifat manusia cenderung tergoda untuk memuaskan keinginannya sendiri, memperkaya diri sendiri dengan mengambil yang bukan menjadi haknya.
Bangsa Israel mempunyai aturan yang unik tentang sebuah keseimbangan. Dari kedua belas suku Israel, suku Lewi tidak mempunyai hak atas milik pusaka tanah perjanjian dan mengusahakan untuk penghidupannya. Mereka mempunyai tanggung jawab khusus sebagai pengurus rumah Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian umat Israel. Sebagai gantinya, Tuhan menetapkan bahwa mereka berhak mendapatkan penghidupan dari perpuluhan kesebelas suku Israel lainnya (Bilangan 18:21). Aturan ini berlaku juga untuk kasus yang sedang kita bicarakan.
Yesus tampaknya ingin mengatakan kepada kita bahwa orang-orang yang sudah dipercayai untuk menjadi pemilik dan pengelola pohon ara, atau pekerjaan apapun juga, harus melaksanakan tanggung jawabnya menjaga keseimbangan. Di sini Yesus menonjolkan tentang prinsip penatalayanan. Kita bisa membandingkan tindakan Yesus mengutuk pohon ara ini dengan perumpamaan tentang talenta. Ketika seseorang dipercayakan talenta kepadanya, ia harus mengelolanya untuk tuannya, bukan untuk diri sendiri. Itu adalah prinsip penatalayanan, menata apa yang sudah dipercayakan kepadanya dengan sikap hati sebagai penatalayan Tuhan.
Belajar Mencukupkan Diri Dengan Apa Yang Ada
Kemungkinan kedua mengapa buah ara itu habis adalah ada oknum orang Lewi atau orang berkekurangan yang memanfaatkan kesempatan dengan mengambil secara berlebihan. Merasa itu adalah haknya, golongan inipun merusak keseimbangan dengan melupakan bahwa yang berhak bukan hanya dia sendiri.
Buah ara segar hanya dapat bertahan sebentar. Menurut informasi, saat ini sekalipun ada alat pendingin, buah ara yang didinginkan hanya bisa bertahan 2-3 hari saja. Dengan demikian orang-orang yang memerlukannya saat lapar dalam perjalanan, cukup mengambil untuk dirinya pada hari itu.
Demikian juga orang-orang berkekurangan harus belajar untuk tidak memanfaatkan kesempatan dari kebaikan hati orang yang mampu melaksanakan tanggung jawab penatalayanan yang baik. Menjadi orang berkekurangan secara ekonomi, pengetahuan, dll, bukan berarti tidak mempunyai sesuatu yang dapat diberikan untuk mencukupkan orang lain lagi.
Jadi kalau Yesus mengutuk pohon ara hingga mati, siapakah yang akan merugi?
Pertama, pemiliknya. Kedua, orang-orang Lewi dan orang-orang berkekurangan.
Jadi apakah Tuhan kejam?
TIDAK!
Karena Dialah yang memberikan hidup dan pertumbuhan kepada pohon ara itu, Dia pula yang berhak mengambil kehidupan itu kapan pun jika tidak lagi berguna sebagaimana tujuan semestinya. Tuhan ingin mengingatkan kita supaya kita melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab kita dengan baik!
Jbu ^_^