Monday, April 12, 2010

Happy Flying: Paralayang

Jadi seperti inilah sensasi terbang paralayang...menikmati pemandangan horizon seluas-luasnya sambil membiarkan angin menerpa wajah dan bermain dengan setiap helai rambut. Ketegangan karena kegiatan rutinas langsung menguap, digantikan kekaguman akan karya Tuhan di bumi Indonesia.


View dari tempat take off (latar belakang Gunung Salak)


Sebenarnya setiap aku perjalanan menuju kota Malang, beberapa kali aku melihat beberapa orang sedang melambung dengan parasut yang mengembang di atasnya...kelihatannya sangat menyenangkan....terbang melayang menikmati hamparan karpet alam berwarna hijau sambil merasakan sentuhan angin. Aku lalu berjanji dalam hati bahwa suatu hari aku juga akan melakukan hal yang sama. Puji Tuhan, akhirnya niatan itu kesampaian juga. Kesempatan ini datang pada saat aku menjalani seminar di Jakarta. Seminar yang begitu membosankan, untunglah dilanjut dengan kegiatan yang menyenangkan. Begitu menggebunya niatanku untuk terbang paralayang sehingga aku mengajukan diri untuk terbang di awal. Wah, sensasinya luar biasa menegangkan karena aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Tapi sudah kepalang tanggung, teruskan! Ketika tiba saatnya bagiku untuk bersiap di posisi take-off, oleh master tandem paralayang, aku dibantu untuk mengenakan piranti wajib (helm, parasut, tali pengaman, dll). Sebelumnya harus sudah dipastikan aku mengenakan sepatu kets karena aku bersama master tandem harus berlari menuju landasan take-off.




Seragam wajib paralayang (helm, parasut, tali pengaman, sepatu kets, dll)


Landasan Take-off


Aku dan Bapak Lilik - master tandemku berdiri saling memunggungi dengan tali yang saling terkait. Sesuai aba-aba dari petugas yang memperhitungkan kecepatan angin, kami kemudian berlari sekuat tenaga menuju landasan take-off. Berat sekali....karena parasut sudah mengembang. Serasa berlari sambil membawa 10 galon air.


Begitu mencapai ujung landasan.....swiiiiiiiingggggggggg.....wow! Luar biasa! Seperti terjun bebas dari atas gedung, tapi kemudian thermal (panas bumi) mendorong parasut naik kembali ke udara. Kemudian kecepatan angin membuatku terbang melayang di ketinggian + 250 mdpl selama hampir 30 menit di udara. Pemandangan hamparan kebun teh di bawah memukauku. Susah dijabarkan dengan kata sensasi yang aku rasakan sewaktu di udara....asyik sekali!


Karena kecepatan angin bervariasi, tidak semua orang bisa terbang dalam durasi yang sama. Terkadang ada yang hanya 5-15 menit saja. Biasanya untuk yang terbang pada siang dan sore hari, durasi di udara akan lebih lama jika dibandingkan dengan yang terbang di pagi hari. Lebih baik jika mengudara di atas pukul 9 pagi, karena biasanya pada saat itu angin sudah berhembus dengan kecepatan yang tepat.


View di bawah kakiku (kebun teh)

Biaya yang dikeluarkan untuk aktifitas ini sebesar Rp 300.000,- (sewa perlengkapan paralayang, fee master tandem dan kru). Biaya tersebut di luar biaya transportasi dari Jakarta menuju Puncak, tips untuk driver, biaya tol, dan biaya masuk lokasi. Biaya ini kami bagi rata ke seluruh peserta, sehingga total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 400.000,- TOP BANGET!!!! Jauh lebih asyik dari rafting!


Jadi kecanduan...pengen terbang lagi dan lagi (^_^)Y

1 comments:

Sutaaraito said...

would love to try it one day!

Post a Comment