Monday, November 15, 2010

Foot Note: Wisata Kota Medan

Wajib hukumnya untukku menjelajahi daerah yang baru aku kunjungi, paling tidak untuk mencicipi makanan khas daerah tersebut atau mengunjungi tempat-tempat wisatanya. Jadi walaupun dalam rangka tugas kantor, aku harus bisa menyempatkan diri untuk menjalankan hukum wajibku.

Salah satu impianku adalah menginjakkan kaki di Sumatera. Pucuk dicinta ulampun tiba pada saat aku ditugaskan ke Medan dalam rangka seminar. Aku langsung menjelajah dunia maya untuk mencari informasi mengenai informasi tempat-tempat wisata di dalam kota yang bisa kukunjungi dalam waktu yang singkat mengingat aku terikat jadwal kerja yang padat selama di sana.

Istana Maimun

Istana Maimun terletak di tengah kota, berdekatan dengan masjid agung. Ini adalah tempat wisata pertama yang kukunjungi di kota Medan. Raja yang menghuni istana ini masih sangat muda, baru berusia 10 tahun!

Tampak dari depan bangunan ini sangat megah dengan warna dominasi kuning dan putih. Di bagian samping depan halaman dimanfaatkan oleh para pedagang tanaman hias sehingga tampak asri.

Tepat di bagian depan tangga menuju gerbang utama istana terdapat beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan kaos bersablon khas kota Medan.

Kesalahanku adalah mengunjungi istana Maimun sewaktu shollat Jumat jadi hanya diperkenankan mengitari bagian luar dan halaman istana saja. Pengunjung boleh masuk ke bagian dalam istana seusai shollat Jumat atau pada pukul 2 siang. Karena waktu itu masih menunjukkan pukul 11.30, aku memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata lain di kota Medan.

Tjong A Fie's Mansion

Tjong A Fie alias Tjong Fung Nam adalah legenda mayor keturunan Tionghua di Medan. Ia pertama kali menjejakkan kaki di Sumatera pada 1877. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda ia ditunjuk menjadi mayor karena kesuksesannya berbisnis, hal ini dimaksudkan untuk mengurus komunitas Tionghua di Medan. Bahkan oleh kekaisaran Cina (Dinasti Ching) ia ditunjuk menjadi "Honorary Officer for Far East".

Rumah unik ini terletak di kawasan niaga kota Medan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani 105. Mudah sekali menemukan kediaman keluarga Tjong A Fie. Tampilannya yang kuno tampak mencolok di antara bangunan-bangunan modern ataupun bangunan yang telah diremajakan di kanan kiri depannya. Bangunan ini memadukan arsitektur cina, melayu, dan eropa.



Gerbang Tjong A Fie Mansion


Tjong A Fie mansion terbagi menjadi 3 bangunan utama, yaitu gedung bagian kiri, tengah, dan kanan. Gedung bagian kanan dan tengah terbuka bagi pengunjung, sedangkan gedung bagian kiri tertutup bagi wisatawan mengingat gedung ini masih dihuni oleh keluarga dan kerabat Tjong A Fie. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000/orang, aku melangkah masuk. Seorang guide menuntunku melalui gedung bagian kanan. Ruangan terasa sejuk karena tinggi plafond yang mencapai 6 meter dan ukuran jendela yang besar-besar. Di gedung bagian kanan terdapat banyak sekali foto keluarga besar Tjong A Fie.




Potret Tjong A Fie Bersama Istri, 7 Anak, dan Keponakannya


Kami kemudian memasuki gedung bagian tengah atau gedung utama. Gedung ini begitu besarnya, bayangkan saja terdapat 4 ruang tamu dengan gaya arsitektur yang berbeda-beda: ruang tamu bergaya oriental untuk menerima tamu dari dataran cina, ruang tamu bergaya melayu untuk menerima tamu lokal (kerabat Sultan Deli konon selalu diterima dalam ruangan ini), ruang tamu bergaya Eropa lengkap dengan ballroom untuk acara dansa, dan ruang tamu umum. Belum lagi 3 altar yang ada di dalam rumah ini. Di dalam rumah ini ada 35 ruang lho! Besar banget, kan...


Altar Leluhur (motret sampe ndlosor demi angle yang ok)

Sayangnya ada beberapa ruangan yang atas permintaan keluarga, tidak diperkenankan bagi pengunjung untuk dipotret, yaitu ruang foto dan kamar tidur pribadi Tjong A Fie. Sehingga dalam dua ruangan tersebut aku sengaja berlama-lama, terutama di kamar tidur pribadi Tjong A Fie. Di dalam kamar itu tersimpan dengan sangat apik barang-barang pribadi Tjong A Fie beserta istrinya, bahkan pakaian yang tersimpan di dalam lemari adalah pakaian yang biasa dipakai oleh Tjong A Fie. Aku bahkan sempat membaca sebuah buku berbahasa Belanda yang terletak di meja belajar Tjong A Fie. Ternyata Tjong A Fie gemar membaca. Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam buku berbahasa Cina, Belanda, dan Indonesia di rak buku dan meja belajarnya.

Velangkanni Catolic Church

Ini dia gereja Katolik yang cantik dan tak tampak seperti gereja, melainkan tampak seperti sebuah kuil di India. Tak mengherankan karena Pastor di gereja ini adalah orang India. Gereja cantik nan unik ini terletak di pinggiran kota Medan, tepatnya di kawasan Tanjung Selamat.



Kecantikan gereja ini mengundang banyaknya pengunjung untuk berziarah ke tempat ini. Aku melangkah masuk dan menjumpai beberapa jemaat yang sedang berdoa di ruang ibadah. Aku mencuri-curi kesempatan untuk mengabadikan keelokan dan kemegahan interior dan arsitekturnya. Benar-benar cantik! Pada saat melangkah keluar ruang ibadah, baru aku sadari ternyata ada papan larangan untuk memotret.....oops :p

Bagian Dalam Gereja Katolik Maria Velangkanni

Dari Kaki Patung Bunda Maria Inilah Terpancar Mata Air Suci

Gereja ini pernah mengalami kebakaran yang hebat, namun sebuah keajaiban terjadi di mana hanya alkitab dan kas gereja yang tidak hangus sehingga gereja dapat didirikan kembali.

Keajaiban kedua yang terjadi di gereja ini adalah munculnya sumber mata air dari kaki patung Bunda Maria. Awalnya air yang mengalir itu dikira adalah kebocoran pada pipa air, namun setelah seluruh pipa diperiksa, tidak ditemukan kebocoran apapun. Air ini sempat diujicoba untuk mengetahui kelayakannya dan air ini dinyatakan layak untuk dikonsumsi tanpa harus dimasak sekalipun! Akupun mengambil kesempatan untuk mereguk kesegaran air ini. Hanya memberikan kontribusi sesuai kerelaan hati untuk mengganti ongkos pembuatan botol plastik berukuran 500 ml.

0 comments:

Post a Comment