Bertahun-tahun aku terbiasa dengan lingkungan kerja patrialisme, aku menjadi sangat terbiasa tunduk di bawah kepemimpinan dan kebijakan bos laki-laki sehingga pada saat aku harus mutasi dengan atasan wanita, langsung saja aku diperhadapkan dengan mitos bahwa "bos wanita lebih sukar dijinakkan dan banyak maunya".
Dasarnya aku sangat menyukai tantangan, tentu saja aku menganggap mitos itu angin lalu. Malah aku jadikan motivasi untuk bekerja lebih baik lagi.
Benar saja, setelah menjalaninya cukup lama, aku menjadi lebih paham bahwa baik atasan laki-laki maupun wanita memiliki karakteristik kepemimpinan yang berbeda-beda.
Dibandingkan atasan laki-laki yang biasanya cenderung melihat segala sesuatunya berdasarkan sudut pandang yang luas/global, atasan wanita biasanya lebih teliti dalam mengerjakan segala sesuatunya sehingga tentu saja dia akan lebih cerewet dari A-Z untuk mencapai standardisasinya itu. Namun, setelah kita menguasai atau paling tidak tahu standard kerja yang diharapkan olehnya, maka dijamin atasan tidak lagi cerewet.
Ditambah lagi atasan wanita ternyata mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus (multitasking). Semisal hal ini bisa dilihat dari kemampuannya memimpin perusahaan sekaligus menjalankan organisasi yang diikutinya dengan baik, dan mengelola rumah tangganya dengan baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan wanita lebih mudah didekati secara emosional, sehingga untuk proses pengajuan ijin keperluan keluarga jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan atasan laki-laki. Hal ini terjadi karena metode komunikasi yang diterapkan adalah cenderung bersifat kekeluargaan. Kedekatan emosional ini bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan atasan wanita. Dikatakan kekuatan jika bawahan dalam taraf tertentu menjalin persahabatan yang cukup akrab dengan atasan wanita, dikatakan kelemahan karena adakalanya perkara di luar kantor bisa terbawa ke ruang kerja atau sebaliknya. Berbeda dengan atasan laki-laki yang cenderung bisa membedakan antara sikap personal dan profesional.
Soal moody? Hmmm......dulu aku berpikir atasan wanita cenderung lebih moody dibanding atasan laki-laki dengan alasan wanita memiliki siklus bulanan yang membuatnya menjadi lebih sensitif. Ternyata itu tidak 100% benar karena mood swing sebenarnya tak hanya dialami wanita, tapi juga pria, apalagi jika tekanan kerja sedang tinggi. Jika ia terlihat sedang uring-uringan, tunda dulu membicarakan masalah sampai mood-nya cerah.
Jadi sejauh ini, aku menikmati bisa bekerja sama dengan atasan wanita. Benar-benar membawa suasana baru yang memacuku untuk bekerja lebih dan lebih baik lagi.