Monday, June 6, 2011

Apakah Aku Kejam Kalau Begitu?

Lebih jahat mana:

Membiarkan dan menutup mulut terhadap suatu kesalahan atas nama tidak tega atau dengan tegas menyatakan kebenaran?

Haruskah aku membiarkan nuraniku tercabik karena tahu suatu kesalahan secara berulang-ulang terjadi padahal aku tahu aku bisa menghentikannya atas dasar kasihan pada sang pelaku?


Adakah orang tua membiarkan anaknya melakukan kesalahan yang sama tanpa menegurnya?

Adakah sahabat sejati membiarkan sahabatnya berbuat kesalahan tanpa menegurnya?

Apakah bisa disebut orang tua yang baik jika membiarkan anaknya bermain dengan binatang buas?

Apakah bisa disebut sahabat yang baik jika membiarkan sahabatnya terjerumus dalam kenistaan?

Apa jawabmu?

TIDAK?

Oh, benarkah?

Jadi mengapa ada stempel "TEGA & KEJAM" di dahiku hanya karena aku menyuarakan kebenaran?

Apakah tidak lebih kejam jika aku membiarkan sahabatku berbuat salah?

Apakah tidak lebih kejam jika aku tidak menuntun sahabatku ke jalan yang benar?

Jadi mengapa aku dicap "KEJAM"?

Tidakkah kamu sadari dibutuhkan keberanian dan keteguhan hati untuk menyatakan kebenaran?

Atau tidakkah kamu sadari dibutuhkan kelapangan dada untuk siap menerima tatapan sakit hati, makian, atau suara memelas?

Apakah aku kejam kalau begitu?

Lebih jahat mana:

Membiarkan dan menutup mulut terhadap suatu kesalahan atas nama tidak tega atau dengan tegas menyatakan kebenaran?

1 comments:

Sutaaraito said...

I really like this entry...

Once on that position and all the fingers pointed on me as the guilty...

Is the perfect world really gone?

Post a Comment