Wednesday, November 21, 2012

Foot Note: Bori Parinding

Kalau di belahan dunia Eropa dikenal Stone Edge, ternyata di Indonesia juga mempunyai situs-situs megalithikum serupa. Salah satu situs megalithikum yang dapat dikunjungi terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Rante Pao. Yang terletak 328 KM dari ibu kota propinsi Makassar.

Bilamana mengendarai mobil atau bus dari Makassar, maka durasi perjalanan yang ditempuh adalah kurang lebih 8-10 jam. Perjalanan yang panjang dan berkelok-kelok sesuai dengan kontur tanah pegunungan. Apabila perjalanan dilakukan pada pagi-siang hari, kita dapat menikmati pemandangan Gunung Nona-Enrekang. Namun tidak dapat disangkal perjalanan di pagi-siang hari lebih lama jika dibandingkan dengan perjalanan di malam hari.

Ok, setelah agak melantur sedikit....aku ceritakan lagi tentang salah satu situs favoritku di Tana Toraja: Bori Parinding. Nah, situs ini letaknya di sisi kiri jalan menuju ke puncak (Batutumonga). Diapit oleh rumah-rumah penduduk lokal.

Situs Purbakala: Bori Parinding


Di situs Bori Parinding terdapat banyak sekali batu-batu berukuran raksasa yang lagi-lagi mengingatkan aku akan tokoh Obelix dalam komik Asterix. Menurut keterangan orang-orang lokal, batu-batu raksasa itu sebagai pertanda bilamana telah dilaksanakan upacara penguburan bagi kaum bangsawan.

Untuk memasuki situs ini tidaklah mahal, cukup membayar HTM sebesar Rp 5.000/orang.

Catatan:
  1. Karena lokasi Bori Parinding letaknya cukup jauh dari tengah kota Rante-Pao, ada baiknya membawa bekal minuman dan snack karena jarang ditemui penjaja minuman atau snack di kisaran situs Bori Parinding.
  2. Toilet di situs Bori Parinding kurang terawat kelayakannya dan selalu dalam posisi terkunci. Agar dapat menggunakan fasilitas toilet, bisa meminta bantuan kepada penduduk lokal yang berjaga di loket masuk. Jangan lupa membawa tissue basah / air mineral untuk membasuh.
  3. Waktu yang tepat untuk berkunjung ke situs purbakala Bori Parinding adalah pada saat pagi hari karena matahari tidak terlalu terik. Jika waktu berkunjung siang hari, kenakanlah topi, sun glasses, dan tabir surya.

Tuesday, November 20, 2012

Foot Note: Pondok Pelangi - Rante Pao


Untuk kesekian kalinya aku menginjakkan kaki di Tana Toraja. Kali ini bersama seorang teman kantor dengan persiapan yang cenderung mendadak dan apa adanya. Tapi kalau tidak begitu, perjalanan kami mungkin tidak akan seseru ini.


Kami berdua melangkah turun dari bus Litha. Penat menjalar di sekujur tubuh kami karena duduk manis semenjak pukul 21.30 hingga pukul 05.30 wita. Para tukang ojek dan bentor langsung menyambut kami, menawarkan jasa untuk mengantar kami ke penginapan ataupun sekedar menjadi guide berkeliling Tana Toraja. Namun karena sudah tahu letak Wisma Maria 1 yang kutuju tak jauh dari kantor pemasaran Bus Litha, aku menolak secara halus.


Rupanya tidak hanya kami yang merujuk ke Wisma Maria 1, ada sepasang muda mudi yang juga menuju ke sana namun tampaknya mereka belum tahu letak Wisma Maria, jadilah aku mengajak mereka berjalan kaki bersama ke Wisma Maria.


Begitu tiba di Wisma Maria, kami menjumpai papan "FULL" yang tergantung di pintu utama penginapan. Tidaklah mengherankan karena saat itu adalah long weekend, pastinya banyak yang ingin berkunjung ke Tana Toraja dan menginap di sana. Ugh, sebalnya Wisma Maria tidak menerima prior phone reservation karena kuota pengunjung yang hendak menginap di Wisma Maria cukup banyak dan Wisma Maria memberlakukan sistem "siapa cepat, dia dapat".

Jadilah akhirnya kami melangkahkan kaki kembali ke Wisma Monika yang terletak bersebrangan dengan Wisma Maria. Sayangnya, Wisma Monika ternyata juga sudah penuh. Pfft....jadi merasa tidak enak hati kepada para "follower" yang kelihatannya baru pertama kali mengunjungi Tana Toraja. Tidak mungkin aku mengajak mereka untuk menginap di Lutha 88 atau Hotel Indra atau Hotel berbintang lainnya karena jiwa kami adalah jiwa backpacker. Tiba-tiba saja, aku teringat hasil browsing penginapan murmer di Rante Pao. Nama Pondok Pelangi langsung terbersit di kepalaku.

Tampak Depan Pondok Pelangi - Rante Pao
Setelah memperoleh petunjuk arah dari pemilik Wisma Monika, kami melangkahkan kaki kembali ke Pondok Pelangi yang terletak di Jalan Pembangunan 11A Rante Pao (Telp. 0423-21167). Wah ternyata letaknya hanya berbeda 1 gang dari Wisma Maria, dekat sekali....tidak sampai 2 menit berjalan kaki, kami sudah tiba di Pondok Pelangi.


Sama seperti Wisma Maria, Pondok Pelangi juga merupakan rumah tinggal yang dimodifikasi menjadi penginapan bagi para backpacker seperti kami. Suasana depan Pondok masih lengang dan pintu utama penginapan masih terkunci, mungkin karena masih terlalu pagi untuk check in. Sedikit harap-harap cemas....semoga masih ada kamar tersedia bagi kami.

Ruang makan yang terletak di samping Pondok Pelangi

Kami melangkah masuk melalui ruang makan yang terletak di samping pondok. Dindingnya terbuat dari perpaduan balok kayu dan anyaman bambu. 2 buah meja panjang terletak di tengah ruangan dan sebuah sofa model L terletak di sudut ruangan. Di dalam ruangan itu terdapat sekeluarga yang hendak bertolak ke Makassar. Sekilas dari logat dan raut wajah khas mereka, aku menyimpulkan mereka berasal dari Indonesia Timur.


Mama Tiara, wanita setengah baya yang tampak ramah langsung menyambut kami. Tampaknya dia pengelola sekaligus pemilik penginapan. Aku bertanya apakah masih ada kamar kosong bagi kami. Kami beruntung karena sekeluarga yang tadi kutemui telah check out, kami bisa memperoleh kamar. Wanita itu bertanya durasi kami akan bermalam di sana. Aku menjawab bahwa aku tidak akan bermalam, hanya butuh kamar mandi sebelum dan sesudah berkeliling Tana Toraja karena pada malam harinya kami akan bertolak kembali ke Makassar. Sebenarnya tarif yang dikenakan untuk menginap adalah Rp 150.000/malam (3 beds), namun karena kami tidak menginap, wanita itu mematok harga Rp 125.000/malam. Hmmm selisih Rp 30.000 dibanding Wisma Maria pikirku, aku segera bernegosiasi. Disepakatilah harga Rp 100.000/malam bagi kami.

Kami dipersilahkan menunggu sejenak sembari ruangan dibersihkan dan dirapikan. Seteko teh manis hangat dan kudapan disajikan kepada kami sembari menanti kamar siap untuk kami tempati.

Setelah beberapa saat, akhirnya kami dipersilahkan memasuki kamar kami. Ruangan kami terletak di lorong dengan jendela di sisi kamar. 3 single bed, meja rias, nakas, dan jemuran handuk mengisi ruangan kamar kami yang dicat putih. Taman mini menghiasi pemandangan luar jendela kamar kami. Kamar mandi mungil berukuran 2 x 2 meter terletak di sudut ruangan kamar kami, kamar mandi bernuansa merah muda dengan bak mandi + kloset duduk (no hot water).

Tampak dalam kamar di Pondok Pelangi - Rante Pao

Lumayan nyaman, bersih, dan homy...Lokasinyapun cukup strategis karena berdekatan dengan jalan utama yang bisa ditempuh dengan 2 menit berjalan kaki. Jika diperkenan memberi nilai dengan range 1 sampai 10, Pondok Pelangi kuberi nilai 7.